KEHUJJAHAN HADITS SHAHIH DAN HADITS HASAN


Para ulama sependapat bahwa seluruh hadits shahih baik shahih lidzatihi maupun sahih li ghairihi dapat dijadikan hujjah. Mereka juga sependapat bahwa hadits hasan, baik hasan lidzatih maupun hasan li ghairih, dapat dijadikan hujjah. Hanya saja mereka berbeda pandangan dalam soal penempatan rutbah, yang disebabkan oleh kualitasnya masing-masing. 

Ada ulama yang membedakan kualitas kehujjahan, baik antara sahih li dzatih dengan shahih li ghairih dan hasan li dzatih dengan hasan li ghairih, maupun antara hadits shahih dan hadits hasan itu sendiri. Namun ada juga ulama yang mencoba memasukkan hadits-hadits dalam satu kelompok tanpa membedakan kualitas antara satu dengan yang lainnya, yakni dalam kelompok hadits shahih. Pendapat ini antara lain dianut oleh Al Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Huzaimah.

Para ulama yang berusaha membedakan kehujjahan hadits berdasarkan perbedaan kualitas, sebagaimana dianut oleh kelompok pertama, mereka lebih jauh membedakan rutbah hadits-hadits tersebut berdasarkan kualitas para perawinya, yaitu berikut ini:

  • Pada urutan pertama, mereka menempatkan hadits-hadits riwayat Mutafaq alaih (hadits yangdisepakati oleh Bukhari dan Muslim)
  • Urutan kedua, hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
  • Urutan ketiga, hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
  • Urutan keempat, hadits-hadits diriwayatkan menurut syarat-syarat Bukhari dan Muslim (Sahih ‘ala Syart Al Bukhari wa Muslim)
  • Urutan kelima, hadits-hadits yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Bukhari (Shahih ‘ala Syart Al Bukhari) sedang ia sendiri tidak meriwayatkannya
  • Urutan keenam, hadits-hadits yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Muslim (Shahih ‘ala Syart Muslim) dan ia sendiri tidak meriwayatkannya.
  • Urutan ketujuh, ialah hadits-hadits yang diriwayatkan tidak berdasarkan kepada salah satu syarat dari Bukhari atau Muslim

Penempatan hadits-hadits tersebut berdasarkan urutan-urutan di atas akan terlihat kegunaannya ketika terlihat adanya pertentangan (ta’arud) antar dua hadits. Hadits-hadits yang menempati urutan pertama dinilai lebih kuat daripada hadits-hadits yang menempati urutan kedua atau ketiga, begitu juga seterusnya.

0 Komentar